Kamis, 13 November 2014

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN



Makalah ilmu keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN

  1. A.     LATAR BELAKANG
Di era modernisasi seperti sekarang ini, dimana aktivitas kehidupan manusia yang semakin padat, baik itu seorang pelajar, mahasiswa, pekerja keras, dan berbagai aktivitas lainnya yang dapat memporsir waktu, sehinnga tak jarang di antara mereka kurang memperhatikan kestabilan kesehatan tubuh mereka dan tanpa mereka sadari dan rasakan secara langsung, suatu rasa sakit atau penyakit serta penurunan kekebalan tubuh diam- diam menyerang mereka.
Oleh sebab itu, dibutuhkan berbagai profesi kesehatan dalam membantu mengatasi dan menangani kesehatan masyarakat yang mulai meranggas dan meresahkan, termasuk perawat.
Akan tetapi, perlu kita ketahui bersama bahwa tidak semua pekerjaan menangani kesehatan seseorang adalah sebuah profesi, contohnya: dukun beranak, dapat membantu seorang ibu melahirkan tanpa memiliki bekal lab skill sebagai seorang bidan ataupun perawat.
Suatu pekaerjaan membutuhkan status profesi agar ia dapat bertindak secara professional dan terarah sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Tapi tidak semua orang yang telah mendapatkan status profesi juga dapat bertindak secara professional.
Sebuah pekerjaan penanganan kesehatan yang tidak memiliki status profesi akan merasa bahwa segala tindak-tanduk yang dilakukannya untuk menangani kesehatan idak perlu dilakukan secara maksimal dengan bekal pengetahuan standar atau sekedar aji mumpung, sehingga ini bukan malah mengatasi masalah kesehatan, akan tetapi menambah penyakit baru.
Masalah kesehatan masyarakat merupakan sasaran dan objek utama oleh para profesi kesehatan. Oleh karena itu, penanganannya tidak boleh sembrono dan asal-asalan. Para profesi kesehatan harus memiliki lab skill yang terpondasi dengan baik sebelum mereka turun menangani, hingga hal ini dapat membantu masyarakat mendapatkan kestabilan kesehatan mereka kembali.
Perawat, merupakan penangan kesehatan kedua setelah dokter. Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa perawat bukanlah seorang pembantu dokter karena perawat memiliki kode etik dan standar asuhan keperwatan yang jelas dan terarah.
Perawat, sebuah profesi dimana tugasnya adalah mendampingi dan melayani klien dengan baik, efektif dan professional selama 24 jam, harus dapat bertindak secara professional dan mengetahui karakteristik profesi yang dilakoninya. Oleh sebab itu, terbentukalah kode etik dan standar asuhan keperawatan yang menjadi  bekal dan modal penentu, pengarah dalam menjalankan tugasnya.

  1. B.    RUMUSAN MASALAH
    1. Apa pengertian profesi keperawatan?
    2. Bagaimana karakteristik profesi keperawatan?
    3. Bagaimana perkembangan keperawatan sebagai profesi dan konsep keperawatan sebagai profesi caring?
      1. Apa peran dan fungsi perawat?

  1. C.    TUJUAN .
    1. Mengetahui konsep profesi keperawatan
    2. Mengetahui karakteristik profesi keperawatan
    3. Mengetahui konsep keperawatan sebagai profesi caring dan perkembangan keperawatan sebagai profesi
    4. Mengetahui dan mengaplikasikan peran dan fungsi perawat sebagai mahasiswa keperawatan.
    5. 6.  Sebagai bentuk pelaksanaan dan penyelesaian tugas makalah konsep dasar keperawatan dengan tema “Pengertian dan Karakteristik Profesi dan Keperawatan sebagai profesi caring”
BAB II
PROFESI KEPERAWATAN                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

  1. A.     Pengertian dan Karakteristik Profesi dan Keperawatan
    I.          Defenisi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh: Profesi dalam bidang hukum, kesehatan, keuangan, milter, teknik, desainer, dll.
Para pakar mendefenisikan profesi sebagai berikut:
  1. Schein EH (1962); Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya di masyarakat.
  2. Hughes EC (1963); Profesi adalah mengetahui yang lebih baik tentang suatu hal dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.
Para pakar keperawatan mendefenisikan keperawatan dalam berbagai cara. Beberapa diantaranya dikemukakan dibawah ini (Husin, 1992; Kozier et al, 1997; Chitty, 1997)
  1. Florence Nightinale (1859); Keperawatan dilihat sebagai tindakan nonkuratif yaitu membuat klien dalam kondisi terbaik secara alami, melalui penyediaan lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses reparative.
  2. Virginitas Henderson (1966); Keperawatan adalah kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
  3. Martha E. Rogers (1970); Keperawatan adalah ilmu humanistis tentang kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau cacat.
  4. American Nurses Association (1980); Keperawatan adalah suatu diagnosis dan terapi tentang respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial[3].
   II.          Karakteristik
Profesi keperawatan adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan yang bentuknya merawat orang lain adalah profesi. Profesi keperawatan memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari profesi lainnya, yaitu;
  1. 1.  Pekerjaan dilakukan secara menetap, atau mungkin seumur hidup.
Pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila ia bersifat statis dan berkelanjutan, menetap, serta konsisten terhadap bidangnya. Pekerjaan tersebut tidak boleh hanya dijadikan sebagai “batu loncatan” atau “aji mumpung”. Keperawatan sebagai profesi, selayaknya pekerjaan sebagai perawat harus bersifat menetap dengan menanggung segala risiko dengan lapang dada baik itu suka ataupun duka. Pekerjaan sebagai perawat harus benar-benar menjadi sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya, oleh karena                                    itu dalam diri tiap perawat harus ditanamkan kesungguhan hati, rasa ikhlas dalam membantu orang lain, menjadikannya sebagai pilihan terbaik.
  1. 2.  Pekerjaan yang dilakukan memberi kepuasan karena merupakan panggilan jiwa
Seseorang yang telah memilih dan menetapkan keperawatan sebagai profesinya, ia akan menjadikan keperawatan sebagai bagian dari dirinya. Keikhlasan menerima profesi keperawatan akan terasa ringan dan membuat seseorang menikmati pekerjaanya sebagai perawat. Segala rintangan dan hambatan yang ditemui tidak menjadikan seseorang lari dari profesi ini, tetapi membuatnya semakin mencintai dan menjiwai keperawatan. Klien yang dirawat umumnya berada dalam kondisi yang tidak berdaya sehingga cenderung pasrah terhadap apapun yang dilakukan oleh perawat asalkan ia dapat kembali sehat. Keberhasilan perawat dalam menyelamatkan hidup klien bukan hanya berdampak pada klien tersebut, tetapi juga berdampak pada keluarganya, serta menimbulkan rasa kepuasan tersendiri bagi perawat.
  1. 3.  Memiliki keterampilan khusus menyangkut ilmu dan seni
Sebagai suatu profesi, keperawatan dibentuk melaui proses kependidikan professional keperawatan. Pendidikan professional ini bertujuan untuk menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional; memberii landasan keilmuan yang kokoh agar asuhan keperawatan yang diberikan berkualitas; menumbuhkan dan membina keterampilan professional; serta menumbuhkan dan membina landasan etik keperawatan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pendidikan professional keperawatan saat ini terdiri atas dua program , yakni program akademik dan program profesi. Perawat juga harus memiliki kompetensi tersendiri dan mencakup 3 aspek yang terdiri dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
  1. 4.  Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip atau teori dalam kegiatan professional
Sebagai suatu profesi, keperawatan harus didukung oleh berbagai teori keperawatan agar asuhan yang diberikan semakin berkualitas dan professional. Keilmuan keperawatan didukung dan ditopang oleh ilmu-ilmu yang lain. Sasaran layanan keperawatan adalah klien, baik sebagai individu, keluarga, maupun komunitas. Karenanya,  perawat harus menguasai teori-teori yang menyangkut aspek individu, keluarga, maupun masyarakat yang mencakup anatomi, fisiologi, ilmu kesehatan keluarga, serta ilmu kesehatan masyarakat. Lebih dari itu, sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berinteraksi dengan klien, perawat juga harus menguasai teori-teori yang berkenaan dengan komunikasi, psikologi, dan sosiologi. Jadi, apapun tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien, keputusan tersebut harus dilandasi oleh teori keilmuan.
  1. 5.  Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan manusia
Tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Perawat yang berorientasi untuk memberikan asuhan pada klien akan bersikap ramah, sopan, dan selalu siap membantu klien. Oleh karena itu, perawat sebagai penolong klien harus berorientasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

  1. 6.  Asuhan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan objektif
Walaupun perawat berorientasi kepada klien, bukan berarti segala keinginan klien harus dipenuhi. Perawat harus mampu menganalisis dan menyeleksi mana yang menjadi kewenangannya. Klien yang dirawat tentu memiliki masalah dalam dirinya, baik secara fisik ataupun psikologis. Peran perawat disini adalah memberi asuhan kepada klien guna memenuhi kebutuhannya. Untuk mewujudkannya, perawat hrus menggunakan suatu metodologi yang disebut proses keperawatan. Sebagi suatu profesi, keperawatan mempunyai ruang lingkup yang jelas, yaitu memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai respons dari keadaan sakit atau proses penyembuhan[4]. Kebutuhan manusia yang menjadi pedoman bagi perawat diantaranya adalah kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow.
  1. 7.  Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan
Klien dapat diibaratkan sebuah bangunan yang memiliki banyak pintu. Pintu-pintu itu mempunyai corak yang berbeda meskipun tetap memiliki fokus yang sama, yaitu jalan untuk memasuki bangunan tersebut. Semua pintu tersebut baik dan memiliki bentuk yang jelas. Pintu-pintu diibaratkan sebagai profesii kesehatan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Setiap profesi kesehatan mempunyai fokus orientasi yang berbeda. Perbedaan ini bukan berarti satu profesi mengungguli profesi yang lain atau suatu profesi superior dan profesi lain inferior. Mengakui keberagaman dan keunikan setiap profesi kesehatan bukan berarti menganggap salah satu profesi lebih baik dan lebih unggul dari profesi lain. Tidak ada dominasi dan perlakuan yang berbeda terhadap profesi kesehatan. Masing-masing profesi kesehatan harus menghargai satu sama lain.[5] 
  1. 8.  Memiliki standar etika dan praktik profesional
Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat didalam memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang di ambilnya tetap memerhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan ini tuangkan ke dalam aturan tertulis yang dikenal dengan istilah kode etik. Kode etik keperawatan adalah suatu asas atau aturan moral tertulis yang harus digunakan oleh perawat sebagai pedoman/ prinsip berperilaku agar mereka etap berada dalam koridor kebenaran. Kode etik ini harus tertanam dalam diri setiap perawat tidak hanya terbatas pada lingkup kerja, namun juga merasuk ke segala aspek kehidupan perawat dan menjadii gaya hidup mereka. Perawat Indonesia memliki kode etik sendiri yang telah disahkan oleh organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Keperawatan sebagai profesi tidak hanya memiliki kode etik, tetapi juga standar profesi. Standar profesi adalah pedoman yang harus digunakan oleh perawat sebagai panduan dalam menjalani profesinya. Dalam keperawatan, standar profesi ini dikenal dengan istilah standar praktik keperawatan. Standar praktik keperawatan harus dilaksanakan oleh setiap perawat di seluruh tatanan keperawatan, baik di rumah sakit, puskesmas, maupun instansi pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, standar praktik keperawatan dibuat mengacu pada tahap proses keperawatan yang meliputi lima standar, yaitu standar pengkajian, standar diagnosis keperawatan, standar perencanaan, standar implementasi, dan standar evaluasi.
  1. 9.  Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya perawat Indonesia memiliki suatu wadah/organisasi profesi yang disebut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi PPNI sendiri berkewajiban membina dan mendorong anggotanya untuk meningkatkan profesionalisme mereka melalui peningkaan kualitas pendidikan, pengetahuan, keterampilan serta keahlian. Karenanya,  PPNI dituntut untuk terlibat secara langsung di dalam upaya pembinaan dan pengawasan profesi keperawatan. Upaya pembinaan dan pengawasan ini antara lain terkait dengan kode etik keperawatan, standar profesi keperawatan, rekomendasi perizinan praktik keperawatan, pencapaian angka kredit bagi anggotanya, dan sebagainya. Selain PPNI, peran pemerintah dalam pengembangan profesi keperawatan juga tak kalah pentingnya. Pemerintah diharapkan mau mendorong dan bekerja sama dengan PPNI serta melibatkan PPNI secara aktif di dalam perencanaan, pendayagunaan, pengawasan, dan pembuatan kebijakan terkait kesehatan terutama yang menyangkut tenaga keperawatan. Salah satu alasannya adalah karena perawat merupakan profesi kesehatan yang menyangkut hajat hidup manusia, tanpa membeda-bedakan suku, ras, pangkat, jabatan, golongan, agama, status sosial ekonomi, ataupun aliran politik.
        Baik pemerintah ataupun PPNI, keduanya harus berusaha semaksimall mungkin untuk meningkatkan kualitas perawat dan keperawatan melaui upaya pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. PPNI sendiri harus bisa menjadii kekuatan politis yang dapat memengaruhi kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan. Tanpa kekuatan politis, perawat dapat diibaratkan buih di lautan. Meskipun banyak, tetapi tidak memiliki kekuatan sehingga profesi perawat akan termajinalkan. Oleh karena itu PPNI harus mampu melaksanakan koordinasii yang baik dengan pemerintah, sesama organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi lain, serta masyarakat. Koordinasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme keperawatan.

  1. B.    Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi
  2.     I.   Muara Keperawatan
1)  Sejarah Perkembangan Keperawatan
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instinc kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a.  Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja      bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
a. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
b. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
c. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.
2)  Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia
  1. 1.   Keperawatan di Masa Kuno
Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini begitu mengakar pada masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka mereka akan pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan mantra-mantra dan bahan-bahan tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi keperawatan, orang yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang berlandaskan kepada naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan yang menyebutkan kaum pria ikut serta melakukan perawatan dengan alasan kaum pria tidak mempunyai kasih sayang yang cukup untuk merawat orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan.
2.  Keperawatan di Masa Penjajahan
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat dari penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan tugasnya sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang disebut Zieken Opposer. Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi untuk membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi tersebut bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi Poetra (disingkat PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di Surabaya untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui organisasinya diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde. Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei), bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), Iiskap (buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.
Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang, keperawatan Indonesia mengalami masa kegelapan. Wabah penyakit menyebar di mana-mana, jumlah orang sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang dibutuhkan seperti balutan dan obat-obatan dalam kondisi kekurangan. Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhenti. Banyak perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat dikarenakan ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan.
  1.  Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan
Tahun
Sejarah Perkembangan
<1950
Indonesia Belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan
1950
Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).
1945-1955
Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
1962
Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
1955-1974
Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.
1974
Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1976
Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
1983
Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan: a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan; b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
1985
Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1 Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
1999
Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
2000
Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.

Tabel 1. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

  1.    II.   Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksana standar praktik kepewrawatan dan pendididkan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara professional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasii dalam memelihara kestabilan social, dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.[10]

  1.  III.   Pertumbuhan Profesionalisasi dalam Keperawatan.  
a. Penataan Pendidikan Keperawatan.
             Pendidikan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena  melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkannya dapat berkualitas. Dalam penataan pendidikan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam sistem pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan jenis pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan diploma,sarjana,dan profesi.
  2. Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat-pusat pendidikan keperawatan. Pelaksanaan pengendalian tersebut dilakukan dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatn.
  3. Pengembangan lahan praktek keperawatan dilakukan dengan membentuk komunitas profesional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan membentuk komunitas keperawatan seperti pembagian komunitas perawat menjadi divisi- divisi, seperti: komunitas perawat divisi medical bedah,divisi maternitas, divisi anak, divisi jiwa,divisi gawat darurat,divisi gerontik dan lain-lain, sehingga keperawatan sebagai pendidikan profesi akan lebih terarah.
  4. Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya masyarakat akademis professional. Hal tersebut dilakukan dengan melalui berbagai pengembangan bagi staf untuk mengadakan penelitian sehingga akan dihasilkan berbagai karya untuk kepentingan profesi keperawatan dan pengabdian apda masyarakat dalam rangka menata bentuk aplikasi di masyarakat bagi profesi keperawatan.     

b. Penataan Praktek keperawatan.
  Penataan praktek keperawatan merupakan bentuk penataan profesi keperawatan menuju profesi yang sejajar dengan profesi kesehatan lain. Mengingat  dengan menata bidang ini, lingkup praktek keperawatan akan lebih jelas dan terarah dalam praktek sebagai profesi, dan dalam penataan praktek keperawatan tersebut, maka dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
  1. Pengembangan dan pembinaan pelayanan asuhan keperawatan secara professional. Pengembangan ini dilakukan harus berlandaskan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.
  2. Penyusunan dan pemberlakuan standar praktek keperawatan. Penyusunan ini akan dilakukan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan melalui asuhan keperawatan mandiri dan professional.
  3. Penerapan model asuhan keperawatan secara professional dengan memperhatikan beberapa kode etik keperawatan yang berlaku dan dalam melakukan setiap tindakan menggunakan asuhan professional.
  4. c.  Penataan Pendidikan  Berlanjut.
Penataan pendidikan keperawatan berkelanjutan merupakan syarat penting dalam mempercepat profesionalisasi keperawatan, karena melalui pendidikan berkelanjutan keperawatan akan selalu berkembang dan terarah. Untuk menuju penataan tersebut dapat dilakukan :
  1.  Pengembangan pola pendidikan berkelanjutan. Pengembangan pola ini diharapkan akan lebih memudahkan dalam jangkauan dan pencapaian bagi komunitas perawat agar selalu meningkatkan diri dalam perkembangan ilmu keperawatan.
  2. Penyusunan program pendidikan berkelanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan perawat. Proses ini dapat dimulai dengan program sertifikasi dalam keterampilan atau keahlian khusus.
  3. Pengembangan kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan di beberapa tempat pelayanan atau pendidikan.
  4. d.  Penataan Organisasi Profesi Keperawatan.
Organisasi profesi merupakan sarana untuk komunikasi antar perawat professional serta wadah dalam menyalurkan aspirasi dalam perkembangan keperawatan dalam menuju tertatanya organisasi profesi . Oleh karena itu dapat dilakukan dengan :
  1. Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Pembinaan tersebut dalam rangka agar organisasi profesi tersebut mampu melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai organisasi profesi melalui pembinaan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  2. Peningkatan kemampuan organisasi profesi keperawatan dengan melaksanakan tanggung jawab dalam pendidikan keperawatan yang berkelanjutan
  3. Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Dengan pelaksanaan ini diharapkan organisasi profesi bias diakui secara benar-benar menjadi organisasi profesi keperawatan yang professional.
  4. e.  Penataan Lingkungan untuk Perkembangan Keperawatan.
Lingkungan merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau pengembangan profesi, karena dengan pengakuan dari lingkungan, maka profesi keperawatan akan semakin cepat berkembang ke arah terciptanya lingkungan yang professional. Upaya keperawatan dalam menata lingkungan tersebut dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
  1. Melaksanakan desiminasi pengertian tentang keperawatan professional dengan menjelaskan lingkup peran dan tanggung jawab serta kewenangan profesi keperawatan kepada masyarakat.
  2. Menciptakan kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan dengan sikap professional.
  3. Memberlakukan undang-undang dalam penerapan praktek keperawatan professional sehingga segala kendala dan hambatan dapat diatasi secara langsung.
  4. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk melaksanakan program praktek keperawatan agar diakui oleh masyarakat (Husin, M, 1999).[11]
  5. C.    Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam pewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.
     Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri  merupakan suatu proses dalam praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi dan lain-lain. Dengan demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena memiliki :
  1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas
  2. Memiliki kode etik profesi.
  3. Memili lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktik keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.
  4. Memiliki organisasi profesi.
  5. D.    Keperawatan Sebagai Profesi Caring
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi dibidang kesehatan menimbulkan secercah harapan akan peluang  (opportunity)  meningkatnya pelayanan kesehatan.  Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan kompetisi disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan. Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai semakin meningkat turut memberikan warna di era globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan  sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
 Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan  membuat suatu perbedaan yang besar  antara caring dan curing (Marriner A-Tomey, 1998). Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan.
Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya :
  1. Human Altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),
  2. Menanamkan kepercayaan-harapan,
  3. Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
  4. Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,
  5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif  dan negatif,
  6. Sistematis dalam metode pemecahan masalah
  7. Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,
    1. Meningkatkan  dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual
  8. Senang membantu kebutuhan manusia,
  9. Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal. (Watson, 1979).
 Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat tentang Caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Secara teoriti, ada tiga kelokmpok variabel yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya variabel individu, variabell organisasi dan psikologis. Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Variabel psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar  dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi Caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring.  Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya  motivasi dan kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Apakah orang yang lulus pendidikan tinggi melalui pendidikan berlanjut menjadi baik perilaku caring nya ? Apakah dengan iklim organisasi yang baik tiba-tiba seseorang perawat akan lebih Caring. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang, yang terbaik adalah membentuk Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring  perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsure caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada sistem yang bisa menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring – nya.[13]
  1. E.     Peran dan Fungsi Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
    Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melaluii pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
  1. Peran Sebagai Advokat Klien
    Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri , hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
  1. Peran Edukator
    Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan penyidikan kesehatan.
  1. Peran Koordinator
    Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
  1. Peran Kolaborator
    Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalm penentuan untuk pelayanan selanjutnya.
  1. Peran Konsultan
    Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tenang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
  1. Peran Pembaharu
    Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.[14]
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
  1.  Fungsi Independen
     Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenase, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta-mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
  1. Fungsi Dependen
    Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini bisanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
  1. Fungsi Interdependen
    Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatas dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya,seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.[15] 
BAB III
PENUTUP
  1. A.     SIMPULAN
    1. Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh: Profesi dalam bidang hukum, kesehatan, keuangan, milter, teknik, desainer, dll.
    2. Karakteristik profesi terdiri dari: 1. Pekerjaan dilakukan secara menetap, mungkin seumur hidup; 2. Pekrjaan yang dilakukan member kepuasan dan merupakan panggiln jiwa; 3. Memilki keterampilan khusus menyangkut ilmu dan seni; 4. Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip atau teori dalam kegiatan professional; 5. Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kenutuhan kesehatan manusia; 6. Asuhan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan objekif; 7. Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan; 8. Memiliki standar etika dan praktik professional; 9. Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi.
    3. Sejarah perkembangan keperawatan melaui banyak tahap dan proses yang merupakan cikal bakal terbentuknya suatu profesi keperawatan.
    4. Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam pewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.
    5. Mutu pelayanan keperawatan  sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
    6. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, coordinator,, kolaborator, konsultan dan peneliti. Fungsi perawat terdiri sebagai fungsi dependen, independen, dan interdependen.
  2. B.    SARAN-SARAN
    1. Hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan yang merupakan calon profesi perawat dapat memhami dengan baik konsep profesi dan karakteristiknya dan  konsep keperawatan.
    2. Hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengambil hikmah dan pelajaran moral dari sejarah perkembangan keperawatan agar dapat berbuat lebih baik dari mereka dalam meneruskan profesi keperawatan yang telah dirintis oleh para perawat kita dahulu.
    3. Hendaknya sebagai mahasiswa keperawatan, kita dapat memhami status profesi keperawatan yang merupakan bentuk pengawasan terhadap tindak-tanduk perawat dalam menjalani tugasnya.
    4. Hendaknya kita dapat lebih mengembangkan konsep keperawatan sebagai profesi caring dan mengaplikasikannya dengan baik
    5. Hendaknya kita dapat mengetahui, memahami dan mengaplikasikan peran dan fungsi perawat.








DAFTAR PUSTAKA

http/:id.wikipedia.org/wiki/profesi.html.   
Hidayat, Aziz Alimul. 2002. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Nasional di Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Heason, Kate Nightinale Margaret. 2003. Pengantar Perawatan di Ruang Operasi.        Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http:/www.blogger.com/sejarahkeperwatan.html
http:/www.blogspot.com/sejarahkeperawatanindonesia.html    
Isnani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar